DIMENSI-DIMENSI PERKEMBANGAN INDIVIDU
Dimensi-dimensi perkembagan individu antara lain:
- Perkembangan fisik. Perkembangan fisik individu mencakup aspek-aspek anatomis dan fisiologis. Perkembangan anatomis berupa perubahan kuantutatif pada struktur tulang, tinggi dan berat badan,dll. Perkembangan fisiologis ditandai dengan perubahan secara kuantitatif, kualitatif, dan fungsional dari sistem kerja biologis.
- Perkembangan perilaku psikomotorik. Perkembangan ini menuntut koordinasi fungsional antara sistem syaraf dan otot, serta fungsi psikis. Fungsi psikis mencakup kognitif, afektif, dan konatif. Perkembangan psikomotorik berlangsung dari yang sederhana kepada yang kompleks, dari yang kasar kepada yang halus, spesifik dan terkoordinasi.
- Perkembangan bahasa. Potensi ini berkembang tergantung pada dimana dia bermukin dan berinteraksi. Kemampuan bebahasa berkembang secara sistematis, progresif, dan berkelanjutan.
- Perkembangan kognitif. Perkembangan ini merupakan perkembangan kapasitas nalar otak atau intelegensi.
Menurut Piaget, ada 4
tahap perkembangan kognitif manusia.
a. Tahap sensormotorik (sensorymotor stage), yang berlangsung
sejak manusia dilahirkan sampai kira-kira berusia 2 tahun. Pada tahap ini, anak
mengkontruksikan pemahaman mengenai dunia dengan mengkoordinasikan pengalaman
sensiri (seperti melihat dan mendengar) dengan tindakan fisik atau motorik.
b.Tahap praoperasional (praoperational stage), yang berlangsung
sejak kira-kira anak berusia 2-7 tahun. Pada fase ini anak-anak mulai
mempresentasikan dunia disekitarnya melalui kata-kata, citra dan gambar-gambar.
Pikiran simbolik mereka sudah tampak, lebih dari sekedar hubungan sederhana
antara informasi sensoris dan aktifitas fsik atau operasi.
c.Tahap operasioanl kongkret (concrete operational stage), yang
berlangsung kira-kira pada usia 7-11 tahun. Pada tahap ini anak dapat melakukan
operasi dan penalaran logis, menggantikan pemikiran intuitif, sepanjang
penalaran dapat diaplikasikan pada contoh khusus atau konkrit.
d.Tahap operasional formal (formal operational stage) yang terjadi
antara usia 11-15 tahun. Disini, individu bergerak melebihi dunia pengalaman
yang aktual dan konkrit, mampu berfikir lebih abstrak dan logis. Pemikir
operasional formal lebih sistematis dalam memecahkan masalah.
5. Perkembangan perilaku sosial. Awalnya
anak mempelajari segala sesuatu yang terjadi dalam lingkungan keluarga,
kemudian lingkungan masyarakat sekitar, dilingkungan sekolah, atau masyarakat
yang lebih luas.
Dari pengalaman itulah
anak akan menyadari bahwa dirinya merupakan bagian dari masyarakat dan dituntut
untuk berperilaku sesuai dengan tuntutan masyarakat tersebut. Proses semacam
ini disebut sosialisasi. Perilaku sosial nampak dalam peran yang ditampilkan,
respon interpersonal yang berkaitan
dengan kesukaan, kepercayaan
terhadap individu lain, atau respon ekspresif
yaitu ciri-ciri respon
interpersonal yang berkaitan dengan ekspresi diri,
kebiasaan-kebiasaan yang khas, dan sebagainya.
Ciri-ciri perkembangan perilaku sosial yang dikembangkan oleh Buhler:
Usia
|
Ciri-ciri
|
0-3
tahun
|
Semua
fenomena dilihat dari pandangannya sendiri.
|
3-4
tahun
|
Suka
membantah, keras kepala.
|
4-6
tahun
|
Mulai
bisa membiasakan diri dengan aturan.
|
6-12
tahun
|
Membandingkan
dengan aturan-aturan.
|
12-13
tahun
|
Perilaku
coba-coba, serba salah, ingin diuji.
|
13-16
tahun
|
Mulai
menyadari kenyataan yang berbeda dengan sudut pandangnya.
|
16-18
tahun
|
Berperilaku
sesuai dengan tuntutan masyarakat dan kemampuan dirinya.
|
6. Perkembangan
moralitas
Tahap perkembangan moral adalah ukuran
dari tinggi atau rendahnya moral seseorang berdasarkan penalaran moralnya.
Teori ini dikemukakan oleh Lawrence Kohlberg, ia mengkategorikan dan mengklasifikasikan respon yang muncul
kedalam enam tahap perkembangan moral yang berbeda. Keenam tahapan tersebut
dibagi kedalam tiga tingkatan: prakonvensional, konvensional, dan pasca
konvensional.
Tingkat
1 (prakonvensional, 0-9 tahun)
- Orientasi kepada hukuman.
- Orientasi minat pribadi.
Tingkat
2 (konvensional, 9-15 tahun)
- Operasi keserasian interpersonal dan konformitas (sikap anak baik)
- Orientasi otaritas dan pemeliharaan aturan sosial (moralitas hukum dan aturan)
Tingkat
3 (pasca- konvensional, diatas 15 tahun)
- Orientasi kontrak sosial.
- Prinsip etika universal.
Karakteristik
masing-masing tahap disajikan berikut ini:
Tingkat
|
Nama
|
Karakteristik
|
Tingkat
1
|
Prakonvensional
|
|
Tahap 1
|
Moralitas heteronomi
|
Melekat pada aturan
|
Tahap 2
|
Individualisme/
instrumentalisme
|
Kepentingan nyata individu.
Menghargai kepentingan orang lain
|
Tingkat
2
|
Konvensional
|
|
Tahap 3
|
Reksa interpersonal
|
Mengharapkan hidup terlihat
baik oleh orang lain dan kemudian telah menganggap diri sebagai baik.
|
Tahap 4
|
Sistem sosial dan hati nurani
|
Memenuhi tugas sosial untuk
menjaga sistem sosial yang berlangsung.
|
Tingkat
3
|
pascakonvensional
|
|
Tahap 5
|
Kontrak sosial
|
Relatif menjunjung tinggi
aturan dalam memihak kepentingan dan
kesejahtraan untuk semua.
|
Tahap 6
|
Prinsip-prinsip etika universal
|
Prinsip-prinsip etis yang
dipilih sendiri, bahkan ketika ia bertentangan dengan hukum.
|
7. Perkembangan
bidang keagamaan
Syamsuddin (2003) menjelaskan tahapan
perkembangan keagamaan sebagaimana
tampak dalam tabel berikut ini.
Tahapan
|
Ciri-ciri
|
Masa
kanak-kanak
|
Sikap
reseptif meskipun banyak bertanya.
Pandangan
ke-Tuhan-an yang dipersonifikasi.
Pemahaman
secara rohania yang belum mendalam.
Hal
ke-Tuhan-an dipahamkan secara ideo syncritic (menurut khayalan pribadinya).
|
Masa
sekolah
|
Sikap
reseptif yang disertai pengetian.
Pandangan
ke-Tuhan-an yang diterangkan secara rasional.
Penghayatan
secara rohaniah semakin mendalam, melaksanakan kegiatan ritual diterima
sebagai keharusan moral.
Sikap
negatif disebabkan alam pikirannya
yang kritis melihat realita orang-orang beragama yang hipokrit (pura-pura).
Pandangan
ke-Tuhan-an menjadi kacau, karena beragamnya aliran paham yang saling
bertentangan.
Penghayatan
rohaniahnya cenderung skeptik, sehingga banyak yang enggan menjalankan
ritual yang selama ini dilakukan
dengan penuh kepatuhan.
Sikap
kembali kearah positif, bersamaan dengan kedewasaan intelektual bahkan agama menjadi pegangan hidupnya.
Pandangan
ke-Tuhan-an dipahamkannya kedalam konteks agama yang dianut dan dipilihnya.
Pandangan
rohaniahnya kembali tenang setelah melalui proses identifikasi dan merindu
puja, ia dapat membedakan antara agama sebagai dokrin atau ajaran manusia.
|
8. Perkembangan
konatif.
Konatif merupakan
perilaku yang berkaitan dengan motivasi atau faktor pengerak perilaku seseorang yang bersumber dari
kebutuhan-kebutuhannya. Motivasi bisa bersumber dari dorongan internal atau
eksternal. Faktor internal antara lain dapat berupa cita-cita, harapan, niat,
penyaluran energi, rasa ingin tahu, dan sebagainya. faktor eksternal, dapat
berupa keinginan memperoleh hadiah, tekanan, ancaman, dan sebagainya.
9. Perkembangan
emosional.
Bridges berpendapat bahwa proses
perkembangan dan diferensiasi emosional pada anak-anak seperti yang disajikan
berikut ini:
Usia
|
Ciri-ciri
|
1.
Pada
saat dilahirkan
|
Kepekaan
umum terhadap rangsangan-rangsangan tertentu seperti suara, cahaya,
temperatur, dan sebagainya.
|
2.
0-3
bulan
|
Suasana
emosional seperti senang dan gembira mulai didefinisikan dari emosi orang
tuanya.
|
3.
3-6
bulan
|
Ketidaksenangan
berdiferensiasi ke dalam kemarahan, kebencian dan ketakutan.
|
4.
9-12
bulan
|
Diferensiasi
kegembiraan ke dalam kegairahan dan kasih sayang.
|
5.
18
bulan
|
Kecemburuan
mulai berdiferensiasi kedalam kegairahan dan kasih sayang.
|
6.
2
tahun
|
Kenikmatan
dan keasyikan berdiferensiasi dari kesenangan.
|
7.
5
tahun
|
Diferensiasi
ketidaksenangan didalam rasa malu, cemas dan kecewa sedangkan kesenagan
berdiferensiasi dalam harapan dan kasih sayang.
|
Stainless Steel Magnets - titanium arts
BalasHapusIroning the Stainless Steel Magnets sol.edu.kg (4-Pack). Made in Germany. https://jancasino.com/review/merit-casino/ The https://septcasino.com/review/merit-casino/ Titanium Arts Stainless dental implants Steel Magnets are an alloy made of septcasino.com steel in stainless steel