DIMENSI-DIMENSI PERKEMBANGAN INDIVIDU




Dimensi-dimensi perkembagan individu antara lain:

  1. Perkembangan fisik. Perkembangan fisik individu mencakup aspek-aspek anatomis dan fisiologis. Perkembangan anatomis berupa perubahan kuantutatif pada struktur tulang, tinggi dan berat badan,dll. Perkembangan fisiologis ditandai dengan perubahan secara kuantitatif, kualitatif, dan fungsional  dari sistem kerja biologis.
  2. Perkembangan perilaku psikomotorik. Perkembangan ini menuntut koordinasi fungsional antara sistem syaraf dan otot, serta fungsi psikis. Fungsi psikis mencakup kognitif, afektif, dan konatif. Perkembangan psikomotorik berlangsung dari yang sederhana kepada yang kompleks, dari yang kasar kepada yang halus, spesifik dan terkoordinasi.
  3. Perkembangan bahasa. Potensi ini berkembang tergantung pada dimana dia bermukin dan berinteraksi. Kemampuan bebahasa berkembang secara sistematis, progresif, dan berkelanjutan.
  4. Perkembangan kognitif. Perkembangan ini merupakan perkembangan kapasitas nalar otak atau intelegensi.
Menurut Piaget, ada 4 tahap perkembangan kognitif manusia.
a. Tahap sensormotorik (sensorymotor stage), yang berlangsung sejak manusia dilahirkan sampai kira-kira berusia 2 tahun. Pada tahap ini, anak mengkontruksikan pemahaman mengenai dunia dengan mengkoordinasikan pengalaman sensiri (seperti melihat dan mendengar) dengan tindakan fisik atau motorik.
          b.Tahap praoperasional (praoperational stage), yang berlangsung sejak kira-kira anak berusia 2-7 tahun. Pada fase ini anak-anak mulai mempresentasikan dunia disekitarnya melalui kata-kata, citra dan gambar-gambar. Pikiran simbolik mereka sudah tampak, lebih dari sekedar hubungan sederhana antara informasi sensoris dan aktifitas fsik atau operasi.
            c.Tahap operasioanl kongkret (concrete operational stage), yang berlangsung kira-kira pada usia 7-11 tahun. Pada tahap ini anak dapat melakukan operasi dan penalaran logis, menggantikan pemikiran intuitif, sepanjang penalaran dapat diaplikasikan pada contoh khusus atau konkrit.
          d.Tahap operasional formal (formal operational stage) yang terjadi antara usia 11-15 tahun. Disini, individu bergerak melebihi dunia pengalaman yang aktual dan konkrit, mampu berfikir lebih abstrak dan logis. Pemikir operasional formal lebih sistematis dalam memecahkan masalah.

5.  Perkembangan perilaku sosial. Awalnya anak mempelajari segala sesuatu yang terjadi dalam lingkungan keluarga, kemudian lingkungan masyarakat sekitar, dilingkungan sekolah, atau masyarakat yang lebih luas.
Dari pengalaman itulah anak akan menyadari bahwa dirinya merupakan bagian dari masyarakat dan dituntut untuk berperilaku sesuai dengan tuntutan masyarakat tersebut. Proses semacam ini disebut sosialisasi. Perilaku sosial nampak dalam peran yang ditampilkan, respon interpersonal yang berkaitan  dengan kesukaan,  kepercayaan terhadap individu lain, atau respon ekspresif  yaitu ciri-ciri  respon interpersonal  yang  berkaitan dengan ekspresi diri, kebiasaan-kebiasaan yang khas, dan sebagainya.

 Ciri-ciri perkembangan perilaku sosial yang dikembangkan oleh Buhler:

Usia
Ciri-ciri
0-3 tahun
Semua fenomena dilihat dari pandangannya sendiri.
3-4 tahun
Suka membantah, keras kepala.
4-6 tahun
Mulai bisa membiasakan diri dengan aturan.
6-12 tahun
Membandingkan dengan aturan-aturan.
12-13 tahun
Perilaku coba-coba, serba salah, ingin diuji.
13-16 tahun
Mulai menyadari kenyataan yang berbeda dengan sudut pandangnya.
16-18 tahun
Berperilaku sesuai dengan tuntutan masyarakat dan kemampuan dirinya.















6.      Perkembangan moralitas
Tahap perkembangan moral adalah ukuran dari tinggi atau rendahnya moral seseorang berdasarkan penalaran moralnya. Teori ini dikemukakan oleh Lawrence Kohlberg, ia mengkategorikan  dan mengklasifikasikan respon yang muncul kedalam enam tahap perkembangan moral yang berbeda. Keenam tahapan tersebut dibagi kedalam tiga tingkatan: prakonvensional, konvensional, dan pasca konvensional.
Tingkat 1 (prakonvensional, 0-9 tahun)
  • Orientasi kepada hukuman.
  • Orientasi minat pribadi.

Tingkat 2 (konvensional, 9-15 tahun)
  • Operasi keserasian interpersonal  dan konformitas (sikap anak baik)
  • Orientasi otaritas dan pemeliharaan aturan sosial  (moralitas hukum dan aturan)

Tingkat 3 (pasca- konvensional, diatas 15 tahun)
  •   Orientasi kontrak sosial.
  •   Prinsip etika universal.

Karakteristik masing-masing tahap disajikan berikut ini:
Tingkat
Nama
Karakteristik
Tingkat 1
Prakonvensional

Tahap 1
Moralitas heteronomi
Melekat pada aturan
Tahap 2
Individualisme/ instrumentalisme
Kepentingan nyata individu. Menghargai kepentingan orang lain
Tingkat 2
Konvensional

Tahap 3
Reksa interpersonal
Mengharapkan hidup terlihat baik oleh orang lain dan kemudian telah menganggap diri sebagai baik.
Tahap 4
Sistem sosial dan hati nurani
Memenuhi tugas sosial untuk menjaga sistem sosial yang berlangsung.
Tingkat 3
pascakonvensional

Tahap 5
Kontrak sosial
Relatif menjunjung tinggi aturan dalam memihak kepentingan  dan kesejahtraan untuk semua.
Tahap 6
Prinsip-prinsip etika universal
Prinsip-prinsip etis yang dipilih sendiri, bahkan ketika ia bertentangan dengan hukum.




























7.      Perkembangan bidang keagamaan
Syamsuddin (2003) menjelaskan tahapan perkembangan keagamaan  sebagaimana tampak dalam tabel berikut ini.
Tahapan
Ciri-ciri
Masa kanak-kanak
Sikap reseptif meskipun banyak bertanya.
Pandangan ke-Tuhan-an yang dipersonifikasi.
Pemahaman secara rohania yang belum mendalam.
Hal ke-Tuhan-an dipahamkan secara ideo syncritic (menurut khayalan pribadinya).
Masa sekolah
Sikap reseptif yang disertai pengetian.
Pandangan ke-Tuhan-an yang diterangkan secara rasional.
Penghayatan secara rohaniah semakin mendalam, melaksanakan kegiatan ritual diterima sebagai keharusan moral.
Sikap negatif disebabkan  alam pikirannya yang kritis melihat realita orang-orang beragama yang hipokrit (pura-pura).
Pandangan ke-Tuhan-an menjadi kacau, karena beragamnya aliran paham yang saling bertentangan.
Penghayatan rohaniahnya cenderung skeptik, sehingga banyak yang enggan menjalankan ritual  yang selama ini dilakukan dengan penuh kepatuhan.
Sikap kembali kearah positif, bersamaan dengan kedewasaan intelektual bahkan  agama menjadi pegangan hidupnya.
Pandangan ke-Tuhan-an dipahamkannya kedalam konteks agama yang dianut dan dipilihnya.
Pandangan rohaniahnya kembali tenang setelah melalui proses identifikasi dan merindu puja, ia dapat membedakan antara agama sebagai dokrin atau ajaran manusia.

8.      Perkembangan konatif.
Konatif merupakan perilaku yang berkaitan dengan motivasi atau faktor pengerak perilaku  seseorang yang bersumber dari kebutuhan-kebutuhannya. Motivasi bisa bersumber dari dorongan internal atau eksternal. Faktor internal antara lain dapat berupa cita-cita, harapan, niat, penyaluran energi, rasa ingin tahu, dan sebagainya. faktor eksternal, dapat berupa keinginan memperoleh hadiah, tekanan, ancaman, dan sebagainya.

9.      Perkembangan emosional.
Bridges berpendapat bahwa proses perkembangan dan diferensiasi emosional pada anak-anak seperti yang disajikan berikut ini:

Usia
Ciri-ciri
1.      Pada saat dilahirkan
Kepekaan umum terhadap rangsangan-rangsangan tertentu seperti suara, cahaya, temperatur, dan sebagainya.
2.      0-3 bulan
Suasana emosional seperti senang dan gembira mulai didefinisikan dari emosi orang tuanya.
3.      3-6 bulan
Ketidaksenangan berdiferensiasi ke dalam kemarahan, kebencian dan ketakutan.
4.      9-12 bulan
Diferensiasi kegembiraan ke dalam kegairahan dan kasih sayang.
5.      18 bulan
Kecemburuan mulai berdiferensiasi kedalam kegairahan dan kasih sayang.
6.     2 tahun
Kenikmatan dan keasyikan berdiferensiasi dari kesenangan.
7.      5 tahun
Diferensiasi ketidaksenangan didalam rasa malu, cemas dan kecewa sedangkan kesenagan berdiferensiasi dalam harapan dan kasih sayang.

Komentar

  1. Stainless Steel Magnets - titanium arts
    Ironing the Stainless Steel Magnets sol.edu.kg (4-Pack). Made in Germany. https://jancasino.com/review/merit-casino/ The https://septcasino.com/review/merit-casino/ Titanium Arts Stainless dental implants Steel Magnets are an alloy made of septcasino.com steel in stainless steel

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Psikologi Pendidikan Materi Bentuk Gejala Jiwa

Teori Belajar Behavioristik dalam Psikologi Pendidikan